LDII Magelang Ikuti Webinar Pangan dan Kesehatan



Magelang- Menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DPP LDII pada bulan November 2023, DPP LDII menyelengarakan kegiatan pra-Rakernas yaitu Webinar Pangan dan Kesehatan. Webinar kali ini mengangkat tema “Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting Menuju Indonesia Emas 2045”. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid memanfaatkan Aplikasi Zoom dengan studio utama di gedung DPP LDII, Jakarta. Acara ini diikuti 304 studi mini dari DPW LDII Provinsi dan DPD LDII Kabupaten/Kota se-Indonesia. Peserta terdiri dari unsur Pengurus Harian, Pengurus Biro Penamas, LISDAL, PPKK DPW LDII, Pengurus Bagian Penamas, LISDAL, PPKK DPD LDII, Warga LDII, para Penyuluh pertanian di wilayah DPW/DPD/PC/PAC LDII, Kepala Puskesmas di wilayah DPW/DPD/PC/PAC LDII di seluruh Indonesia.

DPD LDII Kabupaten Magelang mengikuti acara ini dari kantor Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin, Ngepoh, Tirtosari, Kecamatan Sawangan  pada Sabtu, 23 September 2023 dengan peserta Pengurus DPD, PPKK, para jamaah dan generasi muda LDII.


Acara Pembukaan dimulai dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Ustadz Maywan Krisnanto dan Pembacaan Doa oleh K.H. Aceng Karimullah. Dalam sambutannya, Ketua DPP LDII Ir. K.H. Chriswanto Santoso, M.Sc. menyampaikan bahwa ketahanan pangan dan lingkungan hidup adalah bagian program prioritas LDII. Pangan menjadi komoditas strategis terkait kedaulatan.  Ia menjelaskan, saat ini terjadi perebutan di dunia di bidang energi, air, pangan, dan logam.

Bertindak sebagai moderator yaitu Prof. Dr.Ir. Rubiyo, M.Si. yang merupakan salah satu Ketua DPP LDII. Prof. Dr.Ir. Rubiyo, M.Si.adalah seorang Peneliti Ahli Utama BRIN. Prof. Rubiyo mengantarkan acara diskusi ini dengan sangat menarik. 

Sementara Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, S.E. yang hadir sebagai Keynote Speaker, menyampaikan materi dengan tema “Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus bebas Stunting Menuju Indonesia Emas 2045”. Sudin menyatakan bahwa kedaulatan pangan dan gizi, guna mewujudkan generasi penerus bebas stunting dan tidak bisa ditawar. Ketahanan pangan bisa dimulai dari rumah tangga.

“Melalui pemanfaatan pekarangan rumah tangga, dengan budidaya tanaman pangan. Contohnya di Ponpes Nurul Huda Lampung ada ternak lele dan ternak kambing. Jika memiliki lokasi yang cukup, dapat dibangun unit pengolahan pupuk organik. Ke depan kita harus mengurangi penggunaan pupuk kimia," katanya.

"Karena kita tahu, penggunaan pupuk kimia, jangka panjangya bagaimana. Tentunya ini menjadi inspirasi, bagi pengurus DPW LDII yang lainnya,” ujarnya.

"Ini menjadi perhatian dan penting bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Pangan dan gizi, untuk mengatasi stunting adalah hal yang paling penting, karena merupakan hak hidup dasar harus dicukupi oleh negara untuk rakyatnya,” kata dia.

Pemateri berikutnya, Dr. Andriko Noto Susanto, SP, MP., Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), menyampaikan materi dengan tema “Kedaulatan dan Ketahanan Pangan Nasional”. 

Doktor Andriko mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan perjuangan tanpa akhir. Apalagi untuk mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045 nanti. Menurutnya, setiap individu perlu ditopang tiga pilar ketahanan pangan yakni, ketersediaan, akses, dan kemanfaatannya.

"Mengacu pada UU 18 tahun 2012, setiap individu warga Indonesia yang berjumlah 275 juta itu tidak boleh kelaparan, artinya hidup sehat aktif produktif. Pemerintah perlu memastikan hal itu dalam mewujudkan Indonesia Emas,” ujar Andriko.

"Pilar pertama ketersediaan pangan adalah bagaimana pemerintah mampu memproduksi pangan di dalam negeri sebanyak-banyaknya. Nantinya kelebihan produksi bisa digunakan untuk pengamanan ketersediaan cadangan makanan. Ketersediaan itu akan membuat siklus hidup tenang, seperti punya tabungan,” kata Andriko.

Pemateri lainnya, Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M. Si. (BRIN Kepala Organisasi Riset Kesehatan)  menyampaikan materi dengan tema “Sumber Daya Genetik Tanaman Herbal untuk Kesehatan Masyarakat”.

Pemateri berikutnya, dr Martin Ayuningtyas SpGK (dokter spesialis gizi klinik) menyampaikan materi dengan tema  “Formulasi Pangan dan Gizi untuk mewujudkan Generasi Bebas Stunting (Menuju Indonesia Emas 2045)”. 

Pemateri terakhir, Dr Dewi Ilma Antawati S.Pi., M.Si menyampaikan materi dengan tema  “Peran Pendidikan Keluarga dalam Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting Menuju Indonesia Emas 2045”. Psikolog sekaligus anggota bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII ini menyampaikan peran keluarga sangat perlu dalam mewujudkan generasi penerus bebas stunting. 

“Dalam hal ini pendidikan berbasis nilai dan karakter sangat berperan, untuk membentuk individu dengan daya tahan pangan yang baik,” ujar Dewi.

“Bagaimana budaya hidup keluarga di rumah, seberapa besar tingkat pengetahuan dalam mengelola gizi dan makanan yang baik. Dan alternatif makanan pengganti seperti apa, yang baik untuk diri sendiri dan keluarga. Hal tersebut yang akan membentuk nilai serta kebiasaan kita di rumah,” lanjutnya.

Di era kemajuan teknologi saat ini, lanjutnya, banyak keinginan yang didorong dengan cara instan atau instant gratification, tanpa memikirkan efek jangka panjang. 

“Hal ini juga berdampak pada perilaku makan. Rasa dan kecepatan penyajian lebih diutamakan, daripada nilai gizinya,” tutur Ilma.

"Mengkonsumsi fast food atau junk food ini juga dihubungkan dengan kasus stunting. Dan jika dibiarkan terus menerus, akan menjadi pola perilaku yang menetap, hingga menjadi sifat dan kepribadian,” ungkapnya.

Di sisi lain ada slow food. Makanan yang diproses dalam waktu yang lama, namun dimasak serta dikonsumsi dengan cara yang baik, seperti mengunyah makanan itu secara perlahan, agar tubuh kita dapat menyerap zat-zat gizi yang ada di dalam makanan tersebut. Untuk itu, pembiasaan konsumsi makan di dalam keluarga menjadi penting dengan memilah dan memilih makanan.

Pembiasaan keluarga sehat bebas stunting ini dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan keluarga, seperti memperhatikan pola makanan yang dikonsumsi, menyadari penyakit apa yang muncul dari kesalahan konsumsi, serta kebersihan lingkungan.

“Kemudian menghindari masalah yang mengganggu pertumbuhan fisik, serta perkembangan otak dan produktivitas. Dan juga mengupayakan nutrisi dan pola asuh dalam keluarga. Hal ini yang membentuk perilaku sehat yang didasari adanya karakter positif dalam keluarga,” ujar Dewi.

Ia mengingatkan LDII memiliki 29 karakter luhur yang terprogram dalam pembinaan generasi penerus. 

“Dalam membangun pembiasaan perilaku sehat keluarga, kita juga berpedoman pada 29 karakter luhur, contohnya bersyukur,” imbuhnya.

Wujud dari bersyukur bukan hanya diucapkan, tetapi juga dilakukan dengan perbuatan, yakni menjaga kebersihan dan kesehatan dalam diri dan keluarga, serta menkonsumsi makanan secara baik.

Salah satu peserta dari DPD LDII Magelang, Ustadz Waryono menyatakan bahwa sangat terkesan dengan acara webinar nasional ini. 

"Banyak inspirasi yang kami dapatkan terkait ketahanan pangan dan pencegahan stunting," ujarnya.

"Semoga hasil webinar ini dapat segera kami tindak lanjuti. Baik di pesantren kami maupun dalam rumah tangga semua warga LDII," pungkasnya.


Posting Komentar

0 Komentar